BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Persoalan kehidupan manusia banyak telah digali serta dikaji
berbagai kalangan, baik berpaham Atheis maupun Theis untuk mengungkap hakekat
dari pada kenapa manusia ini ada. Dalam konsep Islam bahawa manusia tidak hanya
hidup pada masa di dunia sahaja dan ini merupakan bagian dari aqidah penting.
Allah SWT. Manusia yang
baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan.
Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang
dan sebelah kiri firman Allah berikut ini: “Adapun
orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang
sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam
api yang menyala-nyala (neraka)” (QS. al Insyiqaq : 8-12).
Menurut para ulama
kita, sabda Nabi saw, “Sering-seringlah mengingat sesuatu yang dapat
melenyapkan kenikmatan-kenikmatan, ” adalah sebuah kalimat yang singkat, tetapi
sarat dengan pesan dan pelajaran. Orang yang benar-benar ingat kematian, dengan
sendirinya ia akan sadar hakikat nikmat yang tengah dirasakannya di dunia.
Sehingga ia tidak akan banyak berharap nikmat itu akan abadi di masa datang,
dan ia akan bersikap zuhud terhadap apa yang diharapkan daripadanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEHIDUPAN
SETELAH MATI
(Tahapan Perjalanan Manusia Menuju
Hari Kebangkitan di Akhirat)
Setelah manusia mati akan
mengalami tahapan sbb :
1.
Alam
Barzakh
Para
salaf bersepakat tentang kebenaran adzab Dan nikmat yang Ada di alam kubur
(barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya,
bukan sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli
bid’ah. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh Dan jasad manusia
baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan
Rasulullah SAW selalu berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur. Rasulullah
SAW menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur,
diantaranya mereka yang
A.
Suka
mengadu domba
B.
Suka
berbuat ghulul
C.
Berbuat
kebohongan
D.
Membaca
Al Qur’an tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Dan yang dilarang
dalam Al’Qur’an
E.
Melakukan
zina
F.
Memakan
riba
G.
Belum
membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk
surga karena hutangnya)
H.
Tidak
bersuci setelah buang air kecil, shg masih bernajis
Adapun yang dapat menyelamatkan
seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum, zakat, Dan perbuatan baik
berupa kejujuran, menyambung Silaturahim, segala perbuatan yang ma’ruf Dan
berbuat baik kepada manusia, juga berlindung kepada Allah SWT dari adzab kubur.
2.
Peniupan
Sangkakala
Sangkakala
adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan
diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia Dan
membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, spt dijelaskan pada Al Qur’an:
“Dan ditiuplah sangkakala maka
matilah semua yang di langit Dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh
Allah SWT”( QS.
Az Zumar :68 ).
Tiupan
ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras Dan hebat
sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung
menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah
cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah I TU keadaan alam semesta
kembali seperti awal penciptaannya. Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat
kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya : ” Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan
Hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah)
pada Hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya Dan gugurlah kandungan segala wanita
yang hamil, Dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya
mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras”
(QS.Al Hajj:1-2).
Sedangkan
pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh
manusia; “Dan tiupan sangkakala (kedua),
maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb
mereka.(QS. Yaa Siin : 51).
Rasulullah
SAW bersabda, “Kemudian ditiuplah
sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan.
Lalu Allah SWT menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu
tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, Dan
manusia pun bermunculan (bangkit) Dan berdiri”.(HR. Muslim).
3.
Hari
Berbangkit
“Pada
Hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan
itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala
sesuatu”. (QS. Al Mujadilah : 6).
4.
Padang
Mahsyar
“(Yaitu)
pada Hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain Dan (demikian pula)
langit Dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat
Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.(QS. Ibrahim:48).
Hasr
adalah pengumpulan seluruh mahluk pada Hari kiamat untuk dihisap Dan diambil
keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu Hari yang berbanding
50.000 tahun di dunia. Allah berfirman: “Malaikat-malaikat
Dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.(QS.
Al Maarij:4).
Karena
amat lamanya Hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti
satu jam saja. Dan (ingatlah) akan Hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan
mereka, (mereka merasa di Hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di
dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang Hari. (QS.Yunus:45). “Dan
pada Hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa
mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja” (QS. ArRuum:55).
Adapun
orang yang beriman merasakan lama pada Hari itu seperti waktu antara dhuhur Dan
ashar saja. Subhanallah. Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.”Orang kafir ingin seandainya IA dapat
menebus dirinya dari adzab Hari itu dengan anak-anaknya dengan istri serta
saudaranya dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, Dan
orang-orang diatas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat
menyelamatkannya”. (QS.AlMa’arij:11-14).
5.
Syafa’at
Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir Dan munafik, maka tidak Ada syafaat bagi mereka. Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT).
Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir Dan munafik, maka tidak Ada syafaat bagi mereka. Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT).
6.
Hisab
Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.
Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran.
Setiap
manusia berlutut di atas lutut mereka.
“Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya .
Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al
Jatsiah:28). Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat
yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak
Allah pada seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili
diantara manusia adalah urusan darah. Allah SWT mengatakan kepada orang kafir :
“Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan
melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS.
Yunus:61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi.
Allah
bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai
mereka semua tentang apa yang akan mereke kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93).
Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan
amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.
7.
Pembagian
catatan amal
Pada
detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal)
nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia
kerjakan di dunia. Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi
catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT. Manusia
yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah
kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari
belakang dan sebelah kiri, spt pada firman Allah berikut ini: “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia
akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun
orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah
aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”, (QS. Al
Insyiqaq:8-12).“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah
kirinya, maka dia berkata:”wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan
kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.
Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku
sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku
dariku” (Allah berfirman): “Peganglah dia
lalu belenggulah tangannya ke lehernya”, kemudian masukkanlah dia ke dalam api
neraka yang menyala-nyala”.(QS. Al Haqqah:25 31).
8.
Mizan
Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman : “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47) Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka. Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga
Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman : “Dan kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”.(QS. Al Anbiya:47) Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka. Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga
9.
Telaga
Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya : Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak (HR. Bukhari Muslim).
Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya : Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak (HR. Bukhari Muslim).
Setelah
Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan Seseorang.
Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk
neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas).
10. Ujian Keimanan Seseorang
Selama
di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka
menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan
diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud
sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini
merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena
saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada
tubuh mereka.
Allah
SWT berfirman,”Pada hari ketika
orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang
beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari
cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka): ”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah
sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka dinding yang
mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya
dari situ ada siksa. (QS.Al hadid:13). Setelah ini umat muslim yang
lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan melalui Shirat.
11. Shirat
Shirath
adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi
orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga). Beberapa Hadits tentang Shirath Sesungguhnya
rasulullah SAW pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau berkata: Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi
penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang
membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon Sud’an. (HR.
Muslim) “Telah sampai kepadaku bahwasanya
shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang”. (HR.
Muslim) “Ada yang melewati shirath
laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan
angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang
mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada
juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim) Yang paling
pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad SAW dan para pemimpin umat
beliau.Beliau bersabda : “Aku dan umatku
yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak
ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul Dan Rasul berdo’a ya Allah
selamatkanlah, selamatkanlah.(HRBukhari). Bagi umat muslim yang berhasil
melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya jembatan
12. Jembatan
Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam. Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”.(HR. Bukhari).
Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam. Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”.(HR. Bukhari).
Setelah
melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk Surga. Kesimpulan : Setelah
penjelasan di atas tinggal kita menunggu, apa yang akan kita alami di hari
akhir nanti, tentunya sesuai dengan apa yang kita lakukan di dunia ini. Semoga
Alah SWT memberi kekuatan dan selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah di
jalan-Nya sehingga dapat mencapai surga-Nya dan dijauhkan dari siksa neraka-Mu
ya Allah. Karena kami sangat takut akan siksa neraka-Mu ya Allah……
B.
PERSIAPAN
KEMATIAN
Diriwayatkan
oleh Nasa’i dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Sering-seringlah kalian ingat
akan sesuatu yang melenyapkan kenikmatan-kenikmatan”. Maksudnya, ialah
kematian. Hadits tersebut selain diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan at-Tirmidzi,
juga diriwayatkan oleh al-hafidz Abu Na’im sekalian dengan isnadnya dari Malik
bin Anas, dari Yahya bin Sa’id, dari Sa’id ibnul Musayyib, dan dari Umar ibnul
Khaththab, ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Sering-seringlah kalian
ingat akan sesuatu yang dapat melenyapkan kenikmatan-kenikmatan ini”. Ya
Rasulullah, apa itu sesuatu yang melenyapkan kenikmatan-kenikmatan itu?” Beliau
menjawab, “Kematian”.
Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan Ibnu Majah dari
Umar bahwa ia berkata, “Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba
muncul seorang shahabat Anshar. Setelah mengucap salam kepada beliau, ia
bertanya, “Rasulullah, siapakah orang mukmin yang terbaik itu?” Beliau
menjawab, “Yang paling baik akhlaknya”. Ia bertanya, “Siapakah orang mukmin
yang paling pintar?” Beliau menjawab, “Yang paling sering ingat kematian dan
yang punya persiapan terbaik untuk menyambut apa yang terjadi sesudahnya.
Mereka itulah orang yang paling pintar”. Hadits ini juga diketengahkan oleh
Malik, dan isnya Allah akan dibahas lebih lanjut dalam pembicaraan mengenai
fitnah-fitnah kematian nanti. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (Ibnu Majah, Ahmad,
dan ath-Thabrani), Syaddad bin Aus mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang
pintar ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk
kepentingan akhirat nanti. Dan orang lemah ialah orang yang mengikuti hawa
nafsunya, tetapi berharap-harap terhadap Allah”. Diriwayatkan oelh at-Tirmidzi
dari Anas bahwa Rasulullah bersabda, “Sering-seringlah megingat kematian,
karena sesungguhnya hal itu bisa membersihkan dosa-dosa dan dapat membuat
bersikap zuhu terhadap dunia”. Diriwayatkan
oleh Baihaqi (dalam hadits dha’if) bahwa Nabi saw bersabda, ‘Cukuplah kematian
itu sebagai pelajaran. Dan cukuplah kematian itu sebagai sesuatu yang
memisahkan”. Dalam hadits riwayat Haitsami dan ath-Thabrani (dha’if) disebutkan
bahwa seorang shahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, apakah di
akhirat nanti ada seseorang yang akan dikumpulkan bersama para syuhada?” Beliau
menjawab, “Ada, yaitu orang yang sering mengingat kematian sebanyak dua puluh
kali sehari semalam”.
Menafsiri firman Allah dalam surah al-Mulk ayat 2,
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu
yang lebih baik amalnya”. Abdurrahman as-Suda mengatakan, “Yang dimaksudkan
ialah orang yang paling banyak mengingat kematian, yang memiliki persiapan yang
paling baik untuk menghadapinya dan yang paling takut kepadanya”.
Menurut
para ulama kita, sabda Nabi saw, “Sering-seringlah mengingat sesuatu yang dapat
melenyapkan kenikmatan-kenikmatan, ” adalah sebuah kalimat yang singkat, tetapi
sarat dengan pesan dan pelajaran. Orang yang benar-benar ingat kematian, dengan
sendirinya ia akan sadar hakikat nikmat yang tengah dirasakannya di dunia.
Sehingga ia tidak akan banyak berharap nikmat itu akan abadi di masa datang,
dan ia akan bersikap zuhud terhadap apa yang diharapkan daripadanya.
Tetapi, bagi orang yang berjiwa keruh dan berhati
lalai, perlu nasihat yang detail dan pelajaran yang panjang. Seorang mukmin
yang mendengarkan atau memperhatikan sabda Nabi, “Sering-seringlah mengingat
sesuatu yang dapat melenyapkan kenikmatan-kenikmatan”, dan firman Allah dalam
surah Ali Imran ayat 185, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”, tentu
hal itu sudah cukup menjamin ia menjadi mukmin yang baik. Amirul mukminin Umar
ibnul Khaththab sering membaca bait-bait syair ini, “Tidak ada sesuatu pun yang
kamu lihat gemerlapan itu abadi karena yang abadi hanyalah Tuhan harta dan
anak-anakmu akan lenyap Harmuz pada suatu hari pernah tidak membutuhkan
simpanan kekayaannya Kaum ‘Aad sudah pernah ingin abadi, tetapi gagal. Begitupula
dengan Sulaiman sang pendengali angin, manusia dan jin, Mana raja yang dulu
pernah paling berjaya di muka bumi? Di akhirat kelak semua akan tunduk dan tak
mampu berbohong”.
Setelah merasa mantap terhadap apa yang saya
sampaikan tadi, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya mengingat kematian itu akan
menimbulkan perasaan cemas saat meninggalkan kehiduan dunia yang fana ini
menuju ke kehidupan akhirat yang kekal abadi. Seseorang pasti tidak mungkin
lepas dari suka dan duka, atau nikmat dan penderitaan. Ketika ia sedang berduka
dan menderita, mengingat kematian akan membantu mempermudah ia menghadapinya,
karena apa yang ia alami itu tidak aan abadi. Dan ketika ia sedang dalam
keadaan suka mengenyam nikmat, maka mengingat kematian akan membuat ia tidak
mau tertipu oleh kenikmatan-kenikmatan yang tengah ia rasakan. Ia tetap akan
bersikap tenang. Sungguh indah apa yang dikatakan oleh seorang penyair berikut
ini. “Ingatlah kematian yang akan melenyapkan segala kenikmatan dan bersiaplah
menghadapi kematian yang pasti akan datang”.
Seorang penyair lain mengatakan, “Ingatlah
kematian niscaya kamu akan mendapatu kenikmatan Ingat kematian dapat mematahkan
angan-angan yang kosong belaka”. Semua sepakat bahwa kematian itu tidak
terikat oleh umur tertentu, waktu tertentu, dan penyakit tertentu. Hal itu
dimaksudkan agar manusia selalu dalam posisi siap siaga menghadapinya kapan dan
dimana saja. Dahulu ada orang saleh yang setiap malam naik ke sebuah bangunan
tinggi di kota Madinah dan berseru, “Ayo berangkat! Ayo berangkat!” Ketika
orang itu telah meninggal dunia, tidak pernah lagi terdengar seruan tersebut.
Suatu hari wali kota Madinah menanyakan orang itu, dan ketika mendengar bahwa
orang itu telah meninggal dunia, ia mengatakan,“Ia yang setiap malam berseru
mengingatkan kematian itu dan unta-unta pun yang mendengar seruannya menderum
di pintunya sekarang telah pergi” Yazin ar-Raasyi pernah berkata pada dirinya
sendiri, “Yazid, Yazid. Celaka, kamu! Setelah kamu nanti tiada, siapa yang mau
shalat atas namamu? Siapa yang sudi berpuasa atas namamu? Dan siapa yang
bersedia memintakan keridhaan Allah atas namamu?”
Selanjutnya ia mengatakan, “Wahai
manusia, kenapa kalian tidak menangis meratapi sisa hidup kalian yang tinggal
berapa lama lagi? Kalian akan dijemput sang maut, dan ditunggu kubur yang
beralaskan tanah dan bertemankan cacing-cacing”. Merasa dicekam oleh rasa takut
yang luar biasa, Yazid pun menangis lalu jatuh pingsan. Kata at-Taimi, “Ada dua
hal yang pasti akan melenyapkan kenikmatan dunia dariku. Yakni, ingat kematian,
dan ingat ketika berada dihadapan Allah Ta’ala”.
Khalifah
Umar bin Abdul Aziz pernah mengumpulkan para ulama. Mereka satu sama lain lalu
saling mengingatkan tentang kematian, kiamat, dan akhirat. Saat itu mereka
sama-sama menangis seakan-akan mereka tengah menunggu jenazah orang tercinta. Kata
Abu Na’im dalam al-Hilyat (VII/85), “Jika Sufyan ats-Tsauri sedang mengingat
kematian, selama berhari-hari ia kelihatan sangat bersedih. Wajahnya tampak
murung. Setiap kali ditanya tentang sesuatu ia hanya menjawab, ‘Saya tidak
tahu. Saya tidak tahu”. Kata Asbath, “Suatu hari Nabi mendengar beberapa orang
shahabatnya memuji-muji kehebatan seseorang. Beliau lalu bertanya kepada
mereka, “Apakah ia sering ingat kematian?” Mereka menjawab, “Tidak sama
sekali,” Beliau bersabda, “Kalau begitu, mereka tidak sehebat yang kalian
katakan”. Ad-Daqqaq berkata, “Barangsiapa yang sering ingat kematian, ia akan
dimuliakan dengan tiga hal. Yakni, lekas bertobat, hati yang qana’ah (menerima
apa adanya), dan semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa yang lupa akan
kematian, ia akan diberi sanksi dengan tiga hal. Yakni, lambat bertaubat, tidak
puas dengan pemberian Allah, dan malas beribadah”.
Karena
itu berpikirlah, wahai orang yang tertipu, akan kematian dan saat-saat yang
krusial ketika kamu sedang sekarat. Kematian adalah janji yang pasti akan ditepati.
Kematian adalah hakim yang adil. Kematian adalah luka. Kematian membuat mata
menangis. Kematian mengakibatkan perpisahan. Kematian akan melenyapkan
kenikmatan-kenikmatan. Dan kematian memutuskan harapan serta angan-angan.
Pernahkah
kamu memikirkan kematianmu, wahai anak cucu Adam? Itulah saat kamu harus
berpindah dari tempatmu di dunia yang lapang ke sebuah liang lahat yang sangat
sempit, saat teman-temanmu yang paling dekat sekalipun tega mengkhianatimu
tanpa kamu bisa berbuat apa-apa, saat kamu harus meninggalkan saudara dan
handai taulan, saat kamu harus bangkit dari tempat tidurmu, saat kamu harus
menanggalkan pakaianmu yang mewah dengan berganti dengan pakaian tanah yang
kotor. Wahai orang yang selalu menghimpun harta dan bersaing mendirikan bangunan
pencakar langit, saat itu kamu sudah tidak punya harta sama sekali selain hanya
beberapa lembar kain kafan, itupun sebentar lagi pasti akan rusak. Tubuhmu
dimakan oleh tanah. Lalu dimana nanti harta yang selama ini kamu tumpuk? Apakah
ia akan bisa menyelamatkan kamu dari huru-hara? Tidak. Tetapi, kamu tinggalkan
(hartamu) untuk orang yang justru tidak mau berterima kasih kepadamu. Sementara
dosa-dosamu kamu ajukan kepada Allah yang pasti tidak mau menerima alasanmu.“Carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”. (al-Qashash: 77)
Bagus sekali orang yang
menafsirkan firman Allah itu, dengan mengatakan, “Carilah surga di negeri
akhirat pada apa yang telah Allah berikan kepadamu di dunia ini. Seorang mukmin
harus dapat mengelola dunia untuk kepentingan akhirat. Bukan untuk yang lain”.
Jadi, seolah-olah dikatakan kepadanya, “Janganlah kamu lupa bahwa kamu pasti
meninggalkan seluruh hartamu, kecuali satu bagianmu, yakni kain kafan”. Dalam
hal ini seorang penyair berkata,
“Bagianmu
dari seluruh harta yang kamu kumpulkan sepanjang hidupmu hanyalah dua lapis
kain kafan yang membungkus tubuhmu dan sebutir obat pengawet tubuh”. Seorang
penyair lain mengatakan,“Adalah sifat qana’ah yang tidak bisa kamu carikan
gantinya disitu ada banyak kenikmatan disitu ada yang dapat menyenangkan badan Lihat,
orang yang paling kaya di dunia sekalipun apakah ia akan diusung ke kubur tanpa
kain kafan?” (Pasal 3). Yang dimaksud dengan sabda Nabi saw, “Orang yang pintar
ialah orang yang mau mengoreksi dirinya sendiri”, ialah bahwa orang yang pintar
ialah orang yang bisa instrospeksi diri. Ada yang berpendapat bahwa itu adalah
orang yang sanggup mengendalikan nafsunya. Menurut Abu Ubaid, orang yang
sanggup menaklukkan nafsu, ia pasti akan bisa memperbudaknya untuk diajak
beribadah kepada Allah dan beramal buat kepentingan akhirat. Demikian pula ia
akan instrospeksi diri atas kelalaiannya, memanfaatkan usia dengan baik,
membekali diri untuk menyongsong akhir urusannya dengan amal-amal yang saleh, mengingat
dan taat kepada Allah kapan saja. Itulah bekal utama untuk menghadapi hari
dimana seluruh makhluk akan menuju ke tempat kembali mereka yang abadi.
Sedangkan
kebalikan orang yang pintar ialah orang yang lemah, yaitu orang yang melakukan
kelalaian. Orang yang lalai dari taat kepada Allah karena selalu mengikuti hawa
nafsunya, tetapi ia masih mengharapkan Allah berkenan mengampuninya, maka
inilah yang disebut orang tertipu. Hasan al-Bashri mengatakan, “Ada satu kaum
yang karena asyik dimabuk oleh angan-angan, mereka pun pergi dari dunia tanpa
meninggalkan kebajikan apapun. Tetapi, salah seorang mereka berkata, “Aku telah
berbaik sangka kepada Tuhanku,” Sudah barang tentu ia berdusta. Sebab, berbaik
sangka kepada Allah itu harus dibuktikan dengan amal-amal saleh”. Selanjutnya
ia membaca firman Allah, “Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah
kamu sangka terhadap Tuhanmu. Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu
termasuk orang-orang yang merugi”. Sa’id bin Jubair mengatakan, “Yang disebut menipu
Allah ialah jika seseorang yang keras kepala melakukan maksiat tetapi masih
mengharapkan ampunan Allah”. Baqiyah ibnul Walid mengatakan, “Abu Umairah
ash-Shuri berkirim surat kepada seorang temannya. Isinya, “Amma Ba’du, selama
ini kamu yang hanya memikirkan dunia , masih saja mengharapkan Allah dengan
perbuatanmu yang buruk. Itu sama halnya kamu membikin besi yang dingin. Sekian,
wassalam”. Lebih jelas hal ini insya Allah akan diterangkan nanti dalam bab
Kubur adalah Ujian Pertama di Akhirat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ujian
Keimanan Seseorang Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang
beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman
mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu
bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik
ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun
jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali
cahaya yang ada pada tubuh mereka. Allah SWT berfirman,”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata
kepada orang-orang beriman:”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil
sebahagian dari cahayamu”.Dikatakan (kepada mereka): ”Kembalilah kamu ke
belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”.Lalu diadakan diantara mereka
dinding yang mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di
sebelah luarnya dari situ ada siksa. (QS.Al hadid:13). Hisab pada
tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan
ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia
baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran. Setiap manusia berlutut di
atas lutut mereka. “Dan kamu lihat
tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu
kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28).
Umat
yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir
tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada
seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara
manusia adalah urusan darah. Allah SWT mengatakan kepada orang kafir : “Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan
melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya”.(QS. Yunus:61).
Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi. Allah bertanya kepada hamba-Nya
tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa
yang akan mereke kerjakan dahulu”.(Al Hijr:92-93). Seorang hamba akan
ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan
ditanya tentang nikmat yang ia nikmati.
“Suatu
hari Nabi mendengar beberapa orang shahabatnya memuji-muji kehebatan seseorang.
Beliau lalu bertanya kepada mereka, “Apakah ia sering ingat kematian?” Mereka
menjawab, “Tidak sama sekali,” Beliau bersabda, “Kalau begitu, mereka tidak
sehebat yang kalian katakan”. Ad-Daqqaq berkata, “Barangsiapa yang sering ingat
kematian, ia akan dimuliakan dengan tiga hal. Yakni, lekas bertobat, hati yang
qana’ah (menerima apa adanya), dan semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa
yang lupa akan kematian, ia akan diberi sanksi dengan tiga hal. Yakni, lambat
bertaubat, tidak puas dengan pemberian Allah, dan malas beribadah”.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidup Sesudah Mati edisi terjemah oleh Syaikh Jasim
Muhammad Al Muthawwi
Al Yaum Al Akhir, Juz I,II,III oleh Dr. umar
Sulaiman Al Asyqar
Syarah Lum’atul I’tiqad Al hadi Ila Sabilir Rasyad
oleh Syaikh Utsaimin
Tahdzib Syarah Ath thahawiyah oleh Ibnu Abil Izz Al
Hanafi
Tadzkirah, Imam Qurthubi
At Takhwif Minan Naar oleh Ibnu rajab Al Hambali
Hadiul Arwah Ila Biladil Afrah, Ibnu Qayyim Al
Jauziyah
Nihayatul Bidayah wan Nihayah oleh Al hafidz Ibnu
Katsir
Ahwalun Naar oleh Muhammad Ali Al Kulaib.
|
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ......................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................
ii
BAB I
: . PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................
1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kehidupan setelah kematian...........................................................
2
B. Persiapan Kematian.........................................................................
7
BAB III : PENUTUP
....... Kesimpulan.............................................................................................
11
Daftar Pustaka.........................................................................................................
12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar