BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Istilah yang
berhubungan dengan pengembangan pembelajaran ialah sistem instruksional dan
disain instruksional. Menurut Baker (dalam Husein dan Rahman, 1997:28), sistem
instuksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang telah
diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan yang
sebenarnya. Adapun yang dimaksud dengan disain instuksional adalah adalah
keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan serta pengembangan teknik
mengajar dan materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam
kegiatan ini termasuk pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji
coba, revisi, dan kegiatan evaluasi hasil belajar (Briggs dalam Husein dan
Rahman,1997:28).
Dalam Tekhnik Keterampilan Dasar Pembelajaran sangat
ditentukan oleh instruksional yang terarah dan sangat menunjang kesusksan.
Paradigma
(model) pengembangan pembelajaran sering dibedakan dengan teori belajar. Teori
belajar menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada siswa, berdasarkan ilmu jiwa
eksperimen terutama yang menjelaskan proses pada warga belajar, mekanisme yang
terjadi pada warga belajar, perubahan tingkah laku warga belajar akibat
interaksi dengan lingkungan. Sedangkan model pengembangan pembelajaran menentukan
kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengembangan Sistem Pembelajaran
Pengembangan mengandung pengertian cara membuat tumbuh
secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif,
dan sebagainya (Husein dan Rahman,1997:28). Selanjutnya pengembangan sistem
mengandung maksud cara membuat penjabaran, pelengkapan komponen sistem agar
setiap komponen tumbuh (dalam Husein dan Rahman,1997:28). Seterusnya Ely
mengemukakan pendapatnya bahwa pengembangan sistem pembelajaran berarti suatu
proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem
pembelajaran agar mendapat pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa
dilaksanakan (dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Istilah yang berhubungan dengan pengembangan
pembelajaran ialah sistem instruksional dan disain instruksional. Menurut Baker
(dalam Husein dan Rahman, 1997:28), sistem instuksional adalah semua materi
(konsep) pembelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang
dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan yang sebenarnya. Adapun yang
dimaksud dengan disain instuksional adalah adalah keseluruhan proses analisis
kebutuhan dan tujuan serta pengembangan teknik mengajar dan materi pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam kegiatan ini termasuk pengembangan
paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan evaluasi
hasil belajar (Briggs dalam Husein dan Rahman,1997:28).
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara pengembangan
sistem pembelajaran dengan sistem instruksional dan desain instruksional
ada kesamaan dan keterkaitan. Pengembangan sistem pembelajaran menekankan pada
proses yang sistematis dan logis. Sistem instruksional menekankan pada materi
dan metode; dan desain instruksional menekankan pada kebutuhan, tujuan, teknik,
materi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keterkaitan ini mengarah
pada tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan pembelajaran.
B.
Dasar
Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran
Pengembangan
sistem instruksional perencanaan pembelajaran didasarkan atas empiris dan
prinsip yang telah teruji.
1. Empiris
Pengembangan
berdasarkan empiris berarti pengembangan yang berdasarkan pengalaman. Untuk
pemerolehan pengalaman, banyak kegiatan yang telah dilakukan orang. Salah satu
contoh kegiatan yang bersifat empiris ialah penelitian tentang kurikulum
pendidikan.
Kurikulum
sekolah pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sejak tahun 1968 sampai
dengan tahun 1996/1997 telah mengalami tiga kali perubahan.
Kurikulum
Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1968 sering disebut Kurikulum 1986 diubah
menjadi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 1975 (sering disebut
kurikulum 1975). Selama lebih kurang delapan tahun pemberlakuan Kurikulum 1986,
pada tahun 1975 diubah dan disempurnakan menjadi Kurikulum 1975.
Kurikulum
1975 mulai berorientasi kepada tujuan yang ingin dicapai warga belajar.
Kurikulum ini berlaku lebih kurang sembilan tahun, karena diubah menjadi
Kurikulum Penddikan dasar dan Pendidikan menengah 1984 (sering disebut
Kurikulum 1984).
Kurikulum
1994 adalah penyempurnaan Kurikulum 1984. Dalam kurikulum ini komponen tujuan
yang ingin dicapai siswa tetap ada, namun namanya yang pada Kurikulum 1984
disebut tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pada Kurikulum 1994 istilahnya
tujuan pembelajaran umum (TPU), tujuan pembelajaran khusus (TPK). Sistem unit
pun dilebur menjadi sistem tema/anak tema. Bahan pelajaran diganti istilahnya
menjadi konsep pembelajaran. Pada pembelajaran harus terdapat empat
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
2. Prinsip yang
Telah Teruji
Prinsip yang
telah teruji senantiasa melalui langkah prosedur yang sistematis, pengamatan
yang tepat, dan percobaan terkontrol.
a.
Prosedur yang Sistematis
Prosedur yang dimaksud adalah suatu tahap kegiatan
untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Aktivitas ini dilaksanakan langkah demi
langkah secara pasti dalam memecahkan suatu problem. Sistematis berarti satu
langkah dengan langkah lainnya berhubungan saling berpengaruh, saling mendukung
yang memungkinkan aktivitas itu berjalan lancar.
Komponen proses belajar mengajar adalah.
1)
Tujuan Pembelajaran
Langkah pertama proses belajar
mengajar ialah penentu tujuan. Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin
dicapai siswa setelah menyelesaikan suatu konsep pembelajaran. Perumusan tujuan
pembelajaran umum telah ditulis dalam Garis-Baris Besar Program Pengajaran
(GBPP). Komponen tujuan pembelajaran adalah suatu tahap kegiatan belajar
mengajar yang turut memecahkan problem pengajaran.
2)
Murid
Murid adalah orang yang melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Murid dalam suatu kelompok harus memiliki karakteristik yang
relatif sama. Untuk penentuan karakteristik lazim digunakan empat teknik penentukan
karakteristik siswa, mengkaji dokumen, tes, wawancara, dan observasi.
3)
Guru
Guru adalah orang yang menggerakkan suatu proses belajar. Tanpa
profesionalisme suatu proses belajar mengajar tidak mungkin mencapai hasil yang
baik. Keberadaan guru yang profesional mutlak menjadi dasar pengembangan sistem
pembelajaran.
4)
Konsep Pembelajaran
Konsep pembelajaran mengandung berbagai materi pembelajaran yang harus
dikaji warga belajar. Dengan menguasai sejumlah konsep pembelajaran berarti
siswa memiliki modal untuk mencapai rumusan tujuan pembelajaran. Konsep
pembelajaran harus dikembangkan jadi bahan pembelajaran yang memungkinkan warga
belajar memperoleh macam-macam materi pembelajaran yakni fakta, konsep,
prosedur, dan prinsip. Dengan adanya pengembangan bahan pembelajaran yang
teruji memungkinkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik.
5)
Pendekatan/Metode/Teknik
Pendekatan berupa suatu pendapat tentang pengajaran bahasa yang didasari
falsafah tentang bahasa dan pengajaran bahasa, seperti pendekatan komunikatif
dan pendekatan alamiah. Teknik pembelajaran digunakan untuk mengurutkan setiap
langkah kegiatan. Teknik yang dapat digunakan seperti pemberian, penjelasan,
diskusi. Pendekatan dan metode maupun teknik merupakan subsistem yang digunakan
dalam pembelajaran.
6)
Media/Alat peraga
Penyampaian materi pembelajaran memerlukan media suatu alat. Alat yang
digunakan dalam pembelajaran disebut media belajar (alat peraga). Alat ini
digunakan hanya untuk membantu memperjelas siswa kepada hal-hal yang memang
belum jelas. Media membentuk warga belajar terhindar dari verbalisme, karena
sesuatu yang dikatakan ditunjukan dengan bendanya atau tiruannya.
7)
Evaluasi
Evaluasi digunakan untuk mengukur kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap) warga belajar setelah mengkaji konsep pembelajaran. Evaluasi yang
dilaksanakan dapat berupa evaluasi lisan, evaluasi tulisan, dan evaluasi perbuatan.
Evaluasi dapat dilaksanakan dengan pertanyaan tulisan yang di jawab
dengan lisan, atau pertanyaan lisan dijawab dengan lisan. Evaluasi tulisan
diharapkan warga belajar menjawab dengan tulisan. Evaluasi perbuatan menekankan
warga belajar untuk melakukan suatu kegiatan berupa motorik (gerak), seperti
mengekpresikan suatu adegan bagian drama, menunjukkan perilaku
senang/susah/sedih, dan sebagainya.
b.
Pengamatan yang Tepat
Hasil pengamatan yang terkontrol dapat dijadikan dasar
pengembangan sistem perencanaan pembelajaran. Hal ini memungkinkan karena
pengamatan adalah pengawasan terhadap perbuatan (kegiatan, keadaan) orang lain;
penelitian, perbuatan mengamati dengan penuh. Hasil pengamatan yang relevan
diantaranya ialah pengamatan terhadap kebutuhan siswa dalam kemampuan menulis.
Kesimpulan hasil pengamatan dapat dijadikan dasar pengembangan sistem
perencanaan, yaitu diantaranya dalam hal perencanaan tujuan, bahan, teknik,
media/alat dan evaluasi.
c.
Percobaan Terkontrol
Percobaan tergolong kepada kegiatan penelitian.
Percobaan yang dapat dijadikan dasar pengembangan sistem perencanaan
pembelajaran ialah percobaan yang terkontrol. Ilustrasi tentang tingkat
perkembangan kemampuan berpidato dua kelompok warga belajar keturunan asing.
Kelompok pertama diberi pelajaran dengan menggunakan metode elektrik dan metode
terjemahan dengan dibantu media video kaset dapat berpidato dengan frekuensi
kata rata-rata 100 entri sedangkan kelompok kedua dengan menggunakan metose
elektrik, dan metode terjemahan tanpa dibantu media video kaset dapat
berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 500 entri. Nantinya akan diperoleh
kesimpulan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bagi orang asing dengan
menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan dibantu media video
kaset lebih baik daripada dengan menggunakan metode elektrik, dan metode
terjemahan dengan tanpa dibantu vieo kaset. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi
terhadap dasar pengembangan sistem perencanaan pembelajaran.
C.
Model Sistem
Pengembangan Pembelajaran
Paradigma
(model) pengembangan pembelajaran sering dibedakan dengan teori belajar. Teori
belajar menjelaskan fungsi-fungsi yang ada pada siswa, berdasarkan ilmu jiwa
eksperimen terutama yang menjelaskan proses pada warga belajar, mekanisme yang
terjadi pada warga belajar, perubahan tingkah laku warga belajar akibat
interaksi dengan lingkungan. Sedangkan model pengembangan pembelajaran
menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku
siswa. Hal ini menekankan pada usaha untuk menentukan prosedur secara khusus
dalam mengamati berbagai macam klasifikasi tingkah laku warga belajar, dan
prosedur untuk mengubah rangsangan agar tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan
intekrasi dengan lingkungan. Paradigma yang dikembangkan ialah dengan menentukan
kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati tingkah laku siswa.
D.
Tahap Instruksional
Yaitu tahap pemberian bahan
pelajaran yang dapat diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1.
Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai
siswa.
2.
Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari itu
yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
3.
Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi.
Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni: (a) pembahasan
dimulai dari gambaran umum materi pengajaran menuju kepada topik secara lebih
khusus, (b) dimulai dari topik khusus menuju topik
umum.
4.
Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya
diberikan contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan pertanyaan
atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang
telah dibahas.
5.
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas
pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
6.
Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.
Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis dipapan
tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama
siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.
E.
Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tujuan tahapan ini ialah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua (instruksional). Kegiatan
yang dapat dilakukan pada tahap ini antara lain:
1. Mengajukan
pertanyaan kepada kelas atau kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok
materi yang telah dibahas pada tahap instruksional.
2. Apabila
pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang dari 70%), maka
guru harus mengulang pengajaran.
3. Untuk
memperkaya pengetahuan siswa mengenai materi yang dibahas, guru dapat
memberikan tugas atau PR.
4. Akhiri pelajaran
dengan menjelaskan atau memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada
pelajaran berikutnya.
Ketiga tahap yang telah dibahas di
atas, merupakan satu rangkaian kegiatan yang terpadu, tidak terpisahkan satu
sama lain. Guru dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan
secara fleksibel, sehinggaketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara
utuh. Di sinilah letak keterampilan profesional dari seorang guru dalam
melaksanakan strategi mengajar. Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam
uraian di atas secara teo-retis mudah dikuasai, namun dalam praktiknya tidak
semudah seperti digam-barkan. Hanya dengan latihan dan kebiasaan yang
terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.
Dick dan Carey (1985) mengatakan
bahwa suatu strategi pembelajaran menjelaskan komponen-komponen umum dari
suatu set bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama
bahan-bahan tersebut untuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada mahasiswa.
Dick and Carrey (1985), mengemukakan bahwa dalam merencanakan dalam satu unit
pembelajaran ada tiga tahap, yaitu :
1. Mengurutkan
dan merumpun tujuan ke dalam pembelajaran
2. Merencanakan
prapembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut
3. Menyusun
alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan
hasil nyata yang digunakan untuk mengembangkan material pembelajaran, menilai
material yang ada, merevisi material, dan merancang kegiatan pembelajaran.
Dengan mengurutkan tujuan ke dalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran dapat
lebih bermakna bagi si belajar. Dick and Carey menyebutkan 5 komponen umum dari
strategi pembelajaran yaitu kegiatan pra pembelajaran, penyajian informasi,
patisipasi siswa (latihan), tes formatif, tindak lanjut.
a.
Kegiatan Pra pembelajaran
Dick dan
carey (1985) menyebutnya pre instructional activities dan modul universitas
terbuka menggunakan istilah pengantar atau kadang-kadang disebut
pendahuluan.kegiatan awal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa agar
secara mental mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan dan sikap
baru.seorang pengajar yang baik tidak akan mendadak memberikan topik. Pengajar
harus bisa membawa suasana dengan pendahuluan. fungsi subkomponen pendahuluan
ini akan tercermin dalam ketiga langkah di bawah ini :
a. Penjelasan
singkat tentang isi pelajaran
b. Penjelasan
relevansi isi pelajaran baru
c. Penjelasan
tentang tujuan pembelajaran
Dengan selesainya ketiga pendahuluan
tersebut, siswa telah mempunyai gambaran global tentang isi pelajaran yang akan
dipelajari. Kaitannya dengan pengalaman sehari hari, bermotivasi tinggi untuk
mempelajarinya, dan mungkin dapat mengorganisasikan kegiatan belajarnya
sebaik-baiknya. Waktu yang dibutuhkan untuk ketiga kegiatan dalam komponen
pendahuluan tersebut tidak banyak mungkin hanya 3-5 menit dari 45-90 menit
waktu pelajaran tersebut.tetapi artinya cukup besar untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi belajar siswa.
b.
Penyajian Informasi
Setelah selesai kegiatan
pendahuluan, pengajar mulai memasuki kegiatan penyajian. Penyajian adalah
subkomponen yang sering ditafsirkan secara awam sebagai pengajaran karena
memang merupakan inti kegiatan pengajaran.di dalamnya terkandung 3 pengertian
pokok sebagai berikut : uraian, contoh, latihan
a.
Latihan (partisipasi siswa)
Anak didik
harus diberi kesempatan berlatih (terlibat) dalam setiap langkah pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran, apakah itu dalam bentuk Tanya jawab, atau
mengerjakan soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajran. Semakin
terlibat si belajar pada setiap kegiatan pembelajaran, diharapkan semakin baik
perolehan belajar anak didik tersebut. Demikian juga halnya dengan keterlibatan
pembelajaran dalam hal pemberian umpan balik tugas-tugas anak didik akan
mempengaruhi terhadap perolehan belajar anak didik.
b.
Tes formatif
Tes formatif adalah satu set
pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas untuk dilakukan untuk mengukur
kemampuan belajar siswa setelah menyelesaikan suatu
tahap pelajaran.tes dapat dilakukan secara tertulis atau lisan.
Disampimg untuk mengukur kemampuan siswa, tes merupakan bagian dari kegiatan
belajar siswa yang secara aktif membuat respon. Belajar dengan aktif tersebut
akan lebih efektif bagi siswa untuk menguasai apa yang dipelajarinya. Hasil tes
formatif harus diberitahukan kepada siswa dan diikuti dengan penjelasan tentang
hasil kemajuan siswa. Kegiatan memberitahukan hasil tes tersebut dinamakan
umpan balik. Hal ini penting artinya bagi siswa agar proses belajar menjadi
efektif, efisien, dan menyenangkan. Umpan balik merupakan salah satu kegiatan
instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa
c.
Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah kegiatan yang
dilakukan siswa setelah melakukan tes formatif dan mendapatkan umpan balik.
Siswa yang telah mencapai hasil baik dalam tes formatif dapat meneruskan ke
bagian pelajaran selanjutnya atau mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam
pengetauan yang telah dipelajarinya. Siswa yang mendapatkan hasil kurang dalam
tes formatif harus mengulang isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan
instruksional yang sama atau berbeda. Petunjuk dari pengajar tentang apa yang
harus dilakukan siswa merupakan salah satu bentuk pemberian tanda dan bantuan
kepada siswa untuk memperlancar kegiatan belajar selanjutnya.
F.
Komponen dan Pola Instruksional
Instruksional merupakan sebuah sistem. Sistem instruksional memiliki
beberapa komponen, yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan
lingkungan. Pesan adalah ajaran atau informasi yang diteruskan
oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, dan data. Orang adalah
manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Bahan adalah
sesuatu (biasa pula disebut media atau software) yang mengandung
pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya
sendiri. Alat adalah sesuatu (biasa disebut hardware atau
perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam
bahan. Teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan
untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan
pesan. Lingkungan adalah situasi sekitar pesan diterima.
Pola
instruksional mengalami perkembangan sangat pesat setelah adanya aplikasi
teknologi instruksional dalam pendidikan. Ada lima pola instruksional dimulai
dari pola tradisional.
1.
Pola instruksional tradisional.
2.
Pola instruksional dibantu alat peraga.
3.
Pola instruksional yang merupakan tanggung jawab
bersama dosen dan media.
4.
Pola instruksional dengan media
5.
Pola instruksional kombinasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari pembahasan sebelumnya yaitu :
1.
Pengembangan sistem pembelajaran adalah
suatu pola atau rencana yang sistematis dalam menilai, mendeskripsikan,
mengidentifikasi, mengembangkan serta menggunakan komponen-komponen sistem
pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi) demi
tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2.
Model ataupun cara dalam pembelajaran
adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses,
seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi".
(Briggs, 1978, p. 23)
3.
Model – Model pengembangan
instruksional, antara lain pengembangan instruksional model Bela H.Banathy,
MPSI, model Kemp, model Briggs, model Gerlach & Ely, model IDI (Instruksional
Development Institute).
DAFTAR
PUSTAKA
Popham W James,
dkk. 2003. Teknik Mengajar Secara sistematis. Rineka cipta.
Jakarta.
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. .. ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengembangan Sistem Pembelajaran......................................... 1
B.
Dasar
Pengembangan Sistem Perencanaan Pembelajaran............................ 2
1.
Empiris.................................................................................................. 2
2.
Prinsip
yang teruji.................................................................................. 3
C.
Model
Sistem Pengembangan Pembelajaran................................................ 6
D.
Tahap
Instruksional...................................................................................... 6
E.
Evaluasi
dan Tindak Lanjut......................................................................... 7
a.
Kegiatan
Pra Pembelajaran.................................................................... 8
b.
Penyajian
Informasi............................................................................... 9
c.
Tindak
Lanjut........................................................................................ 9
F. Komponen dan Pola Instruksional............................................................. 10
BAB III
PENUTUP..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 12
|
||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar